Pada industri, emas diperoleh dengan cara mengisolasinya dari
batuan bijih emas (ekstraksi). Menurut Greenwood dkk (1989), batuan bijih emas
yang layak untuk dieksploitasi sebagai industri tambang emas, kandungan emasnya
sekitar 25 g/ton (25 ppm).
Berdasarkan proses terbentuknya,
endapan emas dikatagorikan menjadi dua yaitu :
-
Endapan primer / Cebakan Primer
Pada umumnya emas ditemukan dalam bentuk logam (native) yang terdapat di dalam retakan-retakan batuan kwarsa dan dalam bentuk mineral yang terbentuk dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di permukaan. Beberapa endapan terbentuk karena proses metasomatisme kontak dan larutan hidrotermal. -
Endapan plaser / Cebakan Sekunder
Emas juga ditemukan dalam bentuk emas aluvial yang terbentuk karena proses pelapukan terhadap batuan-batuan yang mengandung emas (gold-bearing rocks, Lucas, 1985). Dimana pengkonsentrasian secara mekanis menghasilkan endapan letakan ( placer ).
Metode penambangan emas
sangat dipengaruhi oleh karakteristik cebakan emas primer atau
sekunder yang dapat mempengaruhi cara pengelolaan lingkungan yang akan dilakukan
untuk meminimalisir dampak kegiatan penambangan tersebut. Cebakan emas primer
dapat ditambang secara tambang terbuka (
open pit ) maupun
tambang bawah tanah ( underground minning ). Sementara
cebakan emas sekunder umumnya ditambang secara tambang terbuka.
Cebakan Primer
Cebakan primer merupakan cebakan
yang terbentuk bersamaan dengan proses pembentukan batuan. Salah
satu tipe cebakan primer yang biasa dilakukan pada penambangan skala
kecil adalah bijih tipe vein ( urat ), yang umumnya dilakukan
dengan teknik penambangan bawah tanah terutama metode gophering /
coyoting ( di Indonesia disebut lubang tikus ). Penambangan dengan
sistem tambang bawah tanah (underground), dengan membuat lubang
bukaan mendatar berupa terowongan (tunnel) dan bukaan vertikal
berupa sumuran (shaft) sebagai akses masuk ke dalam tambang.
Penambangan dilakukan dengan menggunakan peralatan sederhana (
seperti pahat, palu, cangkul, linggis, belincong ) dan dilakukan
secara selectif untuk memilih bijih yang mengandung emas baik yang
berkadar rendah maupun yang berkadar tinggi.
Terhadap batuan yang ditemukan, dilakukan
proses peremukan batuan atau penggerusan, selanjutnya dilakukan sianidasi atau
amalgamasi, sedangkan untuk tipe penambangan sekunder umumnya dapat langsung
dilakukan sianidasi atau amalgamasi karena sudah dalam bentuk butiran halus.
Beberapa karakteristik dari bijih
tipe vein ( urat ) yang mempengaruhi teknik penambangan antara lain
:
-
Komponen mineral atau logam tidak tersebar merata pada badan urat.
-
Mineral bijih dapat berupa kristal-kristal yang kasar.
-
Kebanyakan urat mempunyai lebar yang sempit sehingga rentan dengan pengotoran ( dilution ).
-
Kebanyakan urat berasosiasi dengan sesar, pengisi rekahan, dan zona geser (regangan), sehingga pada kondisi ini memungkinkan terjadinya efek dilution pada batuan samping.
-
Perbedaan assay ( kadar ) antara urat dan batuan samping pada umumnya tajam, berhubungan dengan kontak dengan batuan samping, impregnasi pada batuan samping, serta pola urat yang menjari ( bercabang ).
-
Fluktuasi ketebalan urat sulit diprediksi, dan mempunyai rentang yang terbatas, serta mempunyai kadar yang sangat erratic ( acak / tidak beraturan ) dan sulit diprediksi.
-
Kebanyakan urat relatif keras dan bersifat brittle.
Dengan memperhatikan karakteristik
tersebut, metode penambangan yang umum diterapkan adalah tambang
bawah tanah ( underground ) dengan metode Gophering, yaitu suatu
cara penambangan yang tidak sistematis, tidak perlu mengadakan
persiapan-persiapan penambangan ( development works ) dan arah
penggalian hanya mengikuti arah larinya cebakan bijih. Oleh karena
itu ukuran lubang ( stope ) juga tidak tentu, tergantung dari ukuran
cebakan bijih di tempat itu dan umumnya tanpa penyanggaan yang baik.
Cara penambangan ini umumnya tanpa
penyangga yang memadai dan penggalian umumnya dilakukan tanpa
alat-alat mekanis. Metode tambang emas seperti ini umum
diterapkan di berbagai daerah operasi tambang rakyat di
Indonesia, seperti di Ciguha,Pongkor-Bogor;
GunungPeti,Cisolok-Sukabumi; Gunung Subang,Tanggeung-Cianjur;
Cikajang-Garut; Cikidang,Cikotok-Lebak; Cineam-Tasikmalaya;
Kokap-Kulonprogo; Selogiri-Wonogiri; Punung-Pacitan; Tatelu-Menado;
BatuGelas,RataTotok-Minahasa; Bajuin-TanahLaut;
Perenggean-PalangkaRaya; Ketenong-Lebong; dan lain-lain.
Penambangan dilakukan secara sederhana, tanpa development works, dan
langsung menggali cebakan bijih menuruti arah dan bentuk alamiahnya.
Bila cebakan bijih tersebut tidak homogen, kadang-kadang terpaksa
ditinggalkan pillar yang tak teratur dari bagian-bagian yang miskin.
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.