Aktual.co — - Analis pasar saham Indonesia, Reza Priyambada
menilai investor pasar modal kurang mengapresiasi saham sektor
pertambangan di sepanjang kuartal pertama 2013.
"Persepsi
investor terhadap saham sektor pertambangan masih negatif, itu yang
menyebabkan saham sektor pertambangan masih dalam tren penurunan," kata
Reza yang juga Kepala Riset Trust Securities di Jakarta, Senin (1/4).
Kondisi
itu, lanjut dia, menjadi penahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Bursa efek Indonesia (BEI). Dalam data BEI sepanjang kuartal I 2013
indeks pertambangan mengalami tekanan sebesar 4,78 persen.
Selain
itu, lanjut dia, rencana pemerintah untuk menerapkan aturan pelarangan
ekspor batubara berkalori rendah, menjadi salah satu pemicu investor
menjual saham-saham pertambangan produsen batubara.
Analis
PT Reliance Securities, Wilson Sofan mengatakan pelemahan saham-saham
sektoral pertambangan, khususnya sub sektor batubara dipicu harga
batubara dunia yang belum kembali menguat sejak tahun lalu sehingga
berdampak terhadap kinerja fundamental emiten produsen batubara.
Menurut
dia, salah satu syarat saham sektor pertambangan kembali menjadi
penggerak IHSG BEI yakni dengan kenaikan harga batubara minimal 10
persen dari harga saat ini yang berada di kisaran level 90 dolar AS per
metrik ton.
"Investor sebaiknya menahan untuk
menambah kepemilikan di saham sektor pertambangan, khususnya emiten
produsen batubara. Meski demikian, jika investor yang sudah memiliki
portofolio di saham batubara sebaiknya jangan dilepas dahulu dan
menunggu maksimal hingga akhir kuartal ketiga seraya berharap ada
kenaikan signifikan dari harga batubara dunia," ujarnya.
Sementara
itu, analis PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), Ahmad Sujatmiko
masih melihat kemungkinan harga saham batubara untuk kembali menguat
seiring dengan mulai kembali pulihnya perekonomian global, terutama
China.
Hal itu, menurut dia, dapat mendorong
naiknya permintaan pasar terhadap produk komoditas sehingga akan
meningkatkan harga jual batubara global.
"Sebaiknya
melihat terlebih dahulu performa positif dari kenaikan harga komoditas
dunia yang diperkirakan mulai di kuartal kedua 2013. Jika harga
komoditas mulai menguat, saham emiten dari sub sektor batubara
kemungkinan meningkat paling cepat dibandingkan saham sub sektor
pertambangan lainnya," kata dia.
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.