Pengetahuan tentang mineralogi emas sangat
diperlukan dalam memahami teknologi pengolahan emas. Mineralogi
dari batuan (bijih) emas perlu diketahui sebelum menentukan
teknologi pengolahan yang akan diterapkan. Sehingga resiko
kegagalan akibat salah memilih suatu teknologi pengolahan yang
tidak sesuai dengan kondisi mineralogi bijih emas yang sedang
dikerjakan dapat dihindari.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perolehan emas
dalam pengolahan emas adalah :
-
Mineral-mineral pembawa emas
-
Mineral-mineral induk
-
Asosiasi mineral pembawa emas dengan mineral induk
-
Ukuran butiran mineral emas
1. Mineral Pembawa Emas
Mineral pembawa emas biasanya berasosiasi
dengan mineral ikutan (gangue minerals). Mineral ikutan tersebut umumnya
kuarsa, karbonat, turmalin, flourpar, dan sejumlah kecil mineral non logam.
Mineral pembawa emas juga berasosiasi dengan endapan sulfida yang telah
teroksidasi. Mineral pembawa emas terdiri dari emas nativ, elektrum, emas
telurida, sejumlah paduan dan senyawa emas dengan unsur-unsur belerang, antimon,
dan selenium.
Emas native merupakan mineral emas yang paling
umum ditemukan di alam. Sedangkan elektrum, keberadaannya di alam menempati
urutan kedua. Mineral-mineral pembawa emas lainnya jarang atau bahkan langka.
Emas native mengandung perak antara 8 - 10%,
tetapi biasanya kandungan tersebut lebih tinggi, dan kadang-kadang mengandung
sedikit tembaga atau besi. Oleh karenanya, warna emas native bervariasi dari
kuning emas, kuning muda, sampai keperak-perakan, bahkan berwarna merah oranye.
Berat jenis emas native bervariasi antara 19,3 (emas murni) sampai 15,6
tergantung pada kandungan peraknya. Bila berat jenisnya 17,6 maka kandungan
peraknya sebesar 6%, dan bila berat jenisnya 16,9 kandungan peraknya sebesar
13,2%.
Sementara itu elektrum adalah jenis lain
dari emas native yang mengandung perak di atas 18%. Dengan kandungan perak yang
lebih tinggi, warna elektrum bervariasi antara kuning pucat sampai warna perak
kekuning-kuningan. Berat jenisnyapun bervariasi antara 15,5 - 12,5. Bila
kandungan emas dan perak berbanding 1 : 1 berarti kandungan peraknya 36%, dan
bila perbandingannya 2,5 : 1 berarti kandungan peraknya 18%.
2. Mineral Induk
Emas berasosiasi dengan kebanyakan
mineral-mineral yang biasanya membentuk batuan. Emas biasanya berasosiasi dengan
sulfida (mineral yang mengandung sulfur/belerang). Pyrite merupakan mineral
induk yang paling umum. Emas ditemukan dalam pyrite sebagai emas nativ dan
elektrum dalam berbagai bentuk dan ukuran, yang tergantung pada kadar emas dalam
bijih dan karakteristik lainnya. Urutan selanjutnya Arsenopyrite, Chalcopyrite
mineral sulfida lainnya berpotensi sebagai mineral induk terhadap emas. Bila
mineral sulfida tidak terdapat dalam batuan, maka emas berasosiasi dengan oksida
besi ( magnetit dan oksida besi sekunder), silica dan karbonat, material
berkarbon serta pasir dan kerikil (endapan plaser).
Terkadang sulit mengidentifikasi emas dengan
mineral yang menyerupainya, seperti pyrite, chalcopyrite, pyrrhotite,
pentlandite dan mika berwarna emas. Pyrite berwarna kuning dengan bau khas logam
dengan bentuk kristal kubus. Chalcopyrite juga kuning-kuningan dengan dengan bau
khas logam tetapi bentuknya kristal bersegi empat. Sebuah uji kimia dengan
menggunakan acid nitric mungkin diperlukan untuk membedakan pyrite dan
chalcopyrite.
Pyrrhotite mudah diidentifikasi menggunakan
batang magnet karena bersifat magnetis. Arsenopyrite adalah perak putih
ke-abu-abu baja dengan kilau logam dan biasanya kristal berbentuk prisma.
Arsenopyrite bila dipukul dengan palu sering tercium
aroma bawang putih. Emas berbentuk butiran sedangkan bentuk mika adalah
kepingan.
3. Asosiasi Mineral Pembawa Emas
Ditinjau dari kajian metallurgi/pengolahan,
ada tiga variasi distribusi emas dalam bijih :
-
Emas didistribusikan dalam retakan-retakan atau di batas di antara butiran-butiran yang sama (misalnya : retakan dalam butiran mineral pyrite atau di batas antara dua butiran pyrite)
-
Emas didistribusikan sepanjang batas di antara butiran-butiran dua mineral yang berbeda (misalnya : di batas antara butiran pyrite dan arsenopyrite atau di batas antara butiran chalcopyrite dan butiran silica.)
-
Emas yang terselubung dalam mineral induk (misalnya : emas terbungkus ketat dalam mineral pyrite)
4. Ukuran Butiran
Ukuran butiran mineral-mineral pembawa emas (misalnya
emas native atau elektrum) mulai dari berupa partikel-partikel
berukuran fraksi (bagian) dari satu mikron (1 mikron = 0,001 mm),
hingga butiran berukuran beberapa mm yang dapat dilihat dengan
mata telanjang. Ukuran butiran biasanya sebanding dengan kadar
bijih, kadar emas yang rendah dalam batuan (bijih) menunjukkan
ukuran butiran yang halus.
Berdasarkan ukuran butirannya, emas dibagi dalam enam kategori :
Berdasarkan ukuran butirannya, emas dibagi dalam enam kategori :
-
Emas native dengan butiran sebesar > 2mm ukuran yang dikenal sebagai nuggets.
-
Potongan emas dan gangue (kuarsa, ironstone dll) yang dikenal sebagai spesimen.
-
Emas native dengan butiran kasar sebesar 2 mm hingga sehalus 150 microns yang terlihat dengan mata telanjang.
-
Emas Microcrystalline ukuran 150-0,8 microns yang hanya dapat dilihat dengan mikroskop.
-
Partikel emas submicroscopic yang terdapat di sisi kristal mineral sulfida tertentu, terutama pyrite, chalcopyrite, arsenopyrite dan pyrrhotite.
-
Dalam compounds dengan tellurium.
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.